Senin, 27 April 2009

TANYA JAWAB TAUHID

Download BlackJack FREE! USD360 Free
Tauhid > Topics


--------------------------------------------------------------------------------

Subject: Tauhid4-Sifat Allah
Replies: 21 Views: 2858
* -> ->l

awam 1/12/2007 - 2:54:40
Adapun sifat yang wajib bagi Allah Taala itu Duapuluh (20) Sifat, dan yang mustahil Duapuluh (20) Sifat dan yang harus itu Satu (1) Sifat sahaja. *

awam 1/12/2007 - 2:57:24
Adapun yang wajib bagi Ketuhanan itu bersifat dengan enam (6) sifat, 1-Sifat Nafsiyah, yaitu Wujud. 2-Sifat Salbiyah yaitu, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhulilkhawadits, Qiyamuhubinafsihi, Wahdaniat. 3-Sifat Ma’ani, yaitu, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sami’, Bashir dan Kalam. 4-Sifat Ma’nawiah, yaitu Qadirun, Muridun, ‘Alimun, Hayyun, Sami’un, Bashirrun, Muttaqalimuun. 5-Sifat Istighna, yaitu, Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhulilkhawadits, Qiyamuhu binafsihi, Sami’, Bashir, Kalam, Sami’un, Bashirun, Muttakallimun. 6-Sifat Iftiqar, yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Qodirun, Muridun, ‘Alimun, Hayyun, Wahdaniah. Sifat yang ke 5 dan 6 adalah Sifat Ketuhanan yang menghimpunkan Nafi dan Isbat pada sifat2 sebelumnya. *
---
awam 1/12/2007 - 2:58:00
Bahagian pertama sifat Nafsiyah: Wujud, artinya ada, yang ada itu Zat Allah Ta’ala, lawannya ‘Adum, artinya tiada yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Allah Ta’ala itu tiada karena jikalau Allah Ta’ala itu tiada niscaya tiadalah ada alam ini, alam ini jadilah dengan sendirinya. Jikalau alam ini jadi dengan sendirinya niscaya jadilah bersamaan pada suatu pekerjaan atau berat salah satu, maka sekarang alam ini telah nyata adanya sebagaimana yang kita lihat sekarang ini dan teratur serta tersusun segala pekerjaannya maka menerimalah aqal kita wajib adanya Allah Ta’ala dan mustahil lawannya tiada. Adapun dalilnya yaitu firmannya dalam Al Qur’an: -Allahu kholiqu kullu syai’in-, artinya, Allah Ta’ala jualah yang menjadikan tiap-tiap sesuatu.Adapun Wujud itu sifat Nafsiyah, Ada itulah diriNya haq Ta’ala. Adapun ta’rif sifat nafsiyah itu: Hiya huwa wala hiya ghoiruhu, artinya, sifat inilah Zat Haq Ta’ala, tiada Dia lain daripadaNya yakni -Sifat pada lafadz Zat pada makna. Adapun Hakikat sifat nafsiyah itu : Hiyalhalulwajibatu lizzati maadaamati azzatu ghoiru mu’alalahi bi’illati, artinya, hal yang wajib bagi Zat selama ada Zat itu tiada dikarenakan dengan suatu karena yakni: 1-AdaNya itu tiada karena jadi oleh sesuatu. 2-Tiada Dia terjadi dengan sendiriNya. 3-Tiada Dia menjadikan diriNya sendiri. 4-Tiada Dia berjadi-jadian.Adapun Wujud itu dikatakan sifat Nafsiyah karena Wujud menunjukkan sebenar-benar diriNya Zat, tiada lainNya dan tiada boleh dipisahkan Wujud itu lain daripada Zat seperti sifat yang lain-lain. *
---
awam 1/12/2007 - 2:58:40
Adapun Wujud itu tiga bahagi:1-Wujud Haqiqi, yaitu Zat Allah Ta’ala maka wujud-Nya itu tiada permulaan dan tiada kesudahan maka wujud itu bersifat Qadim dan Baqa’, inilah wujud sebenarnya. 2-Wujud Mujazi, yaitu zat segala makhluk maka wujudnya itu ada permulaan dan ada kesudahan tiada bersifat Qadim dan Baqa’, sebab wujudnya itu dinamakan wujud Mujazi karena wujudnya itu bersandarkan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala. 3-Wujud ‘Ardy, yaitu zat ‘Arodul wujud maka wujudnya itu ada permulaan dan tiada kesudahan seperti ruh, syurga, neraka, Arasy, Kursyi dan lain-lain. Adapun yang Mawujud selain Allah Ta’ala dua bahagi: 1-Mawujud dalam ‘alam syahadah, yaitu yang di dapat dengan khawas yang lima seperti langit, bumi, kayu, manusia, binatang dan lain-lain. 2-Mawujud didalam ‘alam ghaib yang tiada didapat dengan khawas yang lima tetapi didapat dengan nur iman dan Kasaf kepada siapa-siapa yang dikaruniakan Allah Ta’ala seperti Malaikat, Jin, Syaitan, Nur dan lain-lain. Adapun segala yang Mawujud itu lima tempat: 1-Mawujud pada Zihin yaitu ada pada ‘aqal. 2-Mawujud pada Ghorij yaitu ada kenyataan bekas. 3-Mawujud pada Khayal yaitu seperti bayang-bayang dalam air atau yang didalam mimpi. 4-Mawujud pada Dalil yaitu ada pada dalil seperti asap tanda ada api.5-Mawujud pada Ma’rifat yaitu dengan pengenalan yang putus tiada dapat diselingi lagi terus Dia Ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Sekarang kita masuk membicarakan Wujud-Nya dengan jalan dalil: 1-Dalil yang didapat dari Khawas yang lima tiada dapat didustakan. 2-Dalil yang didapat dari Khabar Mutawatir tiada dapat didustakan. 3-Dalil yang didapat daripada ‘Aqal tiada dapat didustakan. 4-Dalil yang didapat daripada Rasulullah tiada dapat didustakan. 5-Dalil yang didapat daripada firman Allah Ta’ala tiada dapat didustakan. *
---
awam 1/12/2007 - 2:59:13
Bahagian kedua sifat Salbiyah: Adapun hakikat sifat Salbiyah itu: -wahiya dallat ‘alallafiy maalaa khaliyqu billahi ‘aza wajalla-, artinya barang yang menunjukkan atas menafikan apa-apa yang tiada patut dan tiada layak pada dzat, pada sifat dan pada af’al Allah Ta’ala yaitu lima sifat: 1-QIDAM, artinya Sedia, Adapun hakikat Qidam ibarat dari menafikan ada permulaan bagi Wujud-Nya yakni tiada permulaan lawannya Hudusy artinya baharu yaitu mustahil tiada diterima oleh akal sekali-kali dikatakan Dia baharu karena jikalau Dia baharu niscaya jadilah Wujud-Nya itu wujud yang harus, tiadalah Dia Wajibalwujud, sekarang telah terdahulu Wajibalwujud bagiNya maka menerimalah aqal kita wajib bagiNya bersifat Qadim dan mustahil lawannya baharu , adapun dalilnya firmannya dalam Al Qur’an: -huwal awwalu-, artinya Dia juga yang awal. Adapun Qadim nisbah pada nama empat perkara: 1-Qadim Hanafi, yaitu Zat Allah Ta’ala. 2-Qadim Sifati, yaitu sifat Allat Ta’ala. 3-Qadim Idofi, yaitu Qadim yang bersandar seperti dahulu bapa daripada anak. 4-Qadim Zamani, yaitu masa yang telah lalu sekurang-kurangnnya setahun. *
---
awam 1/12/2007 - 3:03:45
2-BAQA’ artinya Kekal, Adapun hakikat Baqa’ itu ibarat menafikan ada kesudahan bagi Wujud-Nya yakni tiada kesudahan, lawannya Fana’ artinya binasa yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Dia binasa, jikalau Dia binasa jadilah Wujud-Nya itu wujud yang baharu, apabila Dia baharu tiadalah Dia bersifat Qadim, sekarang telah terdahulu bagi-Nya wajib bersifat Qadim maka menerimalah aqal kita wajib bagi-Nya bersifat Baqa dan mustahil lawannya binasa, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur’an: wayabqo wajhu robbikauzuljalali wal ikrom, artinya kekal Zat Tuhan kamu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. Adapun yang Kekal itu dua bahagi:1-Kekal Hakiki, yaitu Zat dan sifat Allah Ta’ala.2-Kekal Ardi, yaitu kekal yang dikekalkan, menerima hukum binasa jikalau dibinasakan Allah Ta’ala, karena ia sebagian daripada mumkin, tetapi tiada dibinasakan maka kekallah ia, maka kekalnya itu dinamakan kekal ‘Ardi, seperti ruh, arasy, kursi, kalam, lauh mahfudh, surga, neraka, bidadari dan telaga nabi. *
---
awam 1/12/2007 - 3:04:30
3-MUKHALAFATUHULILKHAWADITS artinya Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.Adapun Hakikat Mukhalafatuhulilhawadits itu diibaratkan menafikan Zat dan Sifat dan Af’al Allah Ta’ala dengan segala sesuatu yang baharu yakni tiada bersamaan dengan segala yang baharu, lawannya Mumassalatuhulilhawadits, artinya bersamaan dengan segala sesuatu yang baharu yakni tiada bersamaan dengan segala yang baharu yaitu tiada diterima oleh aqal dikatakan Allah Ta’ala itu bersamaan dzat-Nya dan sifat-Nya dan af’al-Nya dengan segala yang baharu karena jikalau bersamaan dengan segala yang baharu maka tiadalah Dia bersifat Qadim dan Baqa’, sekarang telah terdahulu wajib bagi Allah Ta’ala bersifat Qadim dan Baqa’ maka menerimalah akal kita wajib bagi Allah Ta’ala bersifat Mukhalafatuhulilhawadits, dan mustahil lawannya Mumasalatu lilhawadits, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur’an: laisa kamislihi sai’in wahuwassami’ul bashir, artinya tiada seumpama Allah Ta’ala dengan segala sesuatu dan Dia mendengar dan melihat. Adapun bersalahan Zat Allah Ta’ala dengan Zat yang baharu karena Zat Allah Ta’ala bukan jirim atau jisim dan bukan jauhar atau ‘ardi dan tiada dapat dijadikan dan tiada bertempat atau jihat dan tiada bermasa atau dikandung masa dan tiada beranak atau diperanakkan.Bersalahan sifat Allah Ta’ala dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala Qadim dan aum ta'luqnya seperti Sami’ Allah Ta’ala ta'luq pada segala yang mawujud. Adapun sifat yang baharu itu tiada Qadim dan tiada aum ta'luqnya tetapi takluk pada setengah perkara jua seperti yang baharu mendengar Dia pada yang berhuruf dan bersuara dan yang tiada berhuruf dan bersuara tiada Dia mendengar atau yang jauh atau yang tersembunyi seperti gerak-gerak yang dalam hati dan begitu jua sifat-sifat yang lain tiada serupa dengan sifat Allah Ta’ala. Adapun bersalahan perbuatan Allah Ta’ala dengan perbuatan yang baharu karena perbuatan Allah Ta’ala itu memberi bekas dan tiada dengan alat perkakas dan tiada dengan minta tolong dan tiada mengambil faedah dan tiada yang sia-sia. Adapun perbuatan yang baharu tiada memberi bekas dan dengan alat perkakas atau dengan minta tolong dan mengambil faedah. *
---
awam 1/12/2007 - 3:05:20
4-QIYAMUHU BINAFSIHI, artinya Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya. Adapun hakikat Qiyamuhu binafsihi itu ibarat daripada menafikan berkehendak kepada tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan Dia, yakni tiada berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya, yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan tiada berdiri dengan sendirinya, karena Dia Zat bukan Sifat jikalau Dia sifat berkehendak kepada tempat berdiri karena sifat itu tiada boleh berdiri dengan sendirinya dan tiada berkehendak kepada yang menjadikan Dia karena Dia Qadim. Jikalau berkehendak Dia kepada yang menjadikan Dia maka jadilah Dia baharu, apabila Dia baharu tiadalah Dia bersifat Qadim dan Baqa’ dan Mukhalafatuhulilhawadits, sekarang menerimalah aqal kita wajib bagi Allah Ta’ala itu bersifat Qiyamuhubinafsihi dan mustahil lawannya Allayakunu ko’iman binafsihi, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur’an: -Innallaha laghaniyyun ‘anil ‘alamiin-, artinya Allah Ta’ala itu terkaya daripada sekalian alam. Adapun segala yang Mawujud yang berkehendak kepada tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan Dia itu empat bahagi:1-Tiada berkehendak kepada yang menjadikan Dia dan tiada berkehendak kepada tempat berdiri yaitu Zat Allah Ta’ala. 2-Berdiri pada Zat Allah Ta’ala dan tiada berkehendak kepada yang menjadikan Dia yaitu sifat Allah Ta’ala. 3-Tiada berkehendak kepada tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia yaitu segala jirim yang baharu. 4-Berkehendak kepada tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia yaitu segala ‘arad (sifat dan keadaan) yang baharu. *
---
awam 1/12/2007 - 3:07:20
5-WAHDANIAH, artinya Esa. Adapun hakikat Wahdaniah itu ibarat menafikan kammuttasil dan kammumfasil pada Zat, pada Sifat dan pada Af’al. Kammuttasil artinya berbilang-bilang atau bersusun-susun atau berhubung-hubung. Kammumfasil artinya bercerai-cerai banyak yang serupa. Lawannya Ayyakunu wahidan, artinya tiada Dia esa yaitu mustahil tiada diterima oleh akal sekali-kali dikatakan tiada Dia Esa, karena jikalau tiada Dia Esa tiadalah ada alam ini karena banyak yang memberi bekas seperti dikatakan ada dua atau tiga tuhan seperti kata tuhan yang satu keluarkan matahari dari barat dan kata tuhan yang satu lagi keluarkan dari timur dan kata tuhan yang satu lagi keluarkan dari utara atau selatan maka kesudahannya matahari itu tiada keluar, karena tiga yang memberi bekas tentu kalau tuhan yang satu itu mengeluarkan matahari itu dengan sekehendakknya, umpamanya disebelah barat tentu pula tuhan yang lain menidakkannya menurut kehendaknya umpamanya disebelah timur atau utara atau selatan karena tiga-tiga tuhan itu berkuasa maka sekarang kita lihat dengan mata kepala kita sendiri bagaimana keadaan atau perjalanan didalam alam ini semuanya teratur dengan baiknya maka menerimalah aqal kita wajib Wahdaniah bagi Allah Ta’ala dan mustahil lawannya berbilang-bilang atau bercerai-cerai. Adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur’an: Qulhuwallahu ahad, artinya katakanlah oleh mu (Muhammad) Allah Ta’ala itu Esa, yakni Esa Zat dan Esa sifat dan Esa Af’al. Adapun Wahdaniah itu pada Zat menafikan dua perkara:1-Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan berbilang-bilang atau bersusun-susun seperti dikatakan Zat Allah Ta’ala itu berdarah berdaging dan bertulang urat atau dikatakan Zat Allah Ta’ala itu kejadian daripada anasir yang empat. 2-Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak yang sebangsa atau serupa dikatakan ada zat yang lain seperti Zat Allah Ta’ala, yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu, maka Kammuttasil dan Kammumfasil itulah yang hendak kita nafikan. Apabila sudah kita nafikan yang dua perkara ini maka barulah dikatakan Ahadiyyatullizzati, yakni Esa Zat Allah Ta’ala. Adapun Wahdaniah pada sifat itu menafikan dua perkara: 1-Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan berbilang-bilang atau bersusun-susun sifat seperti dikatakan ada pada Allah Ta’ala dua Qudrat atau dua Ilmu atau dua Sami’ yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu berbilang-bilang sifat Allah Ta’ala. 2-Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak yang sebangsa atau serupa seperti dikatakan ada Qudrat yang lain atau Ilmu yang lain seperti Qudrat dan Ilmu Allah Ta’ala maka Kammuttasil dan Kammumfasil inilah yang hendak kita nafikan. Apabila sudah kita nafikan yang dua itu maka baharulah kita dikatakan Ahadiyyatussifati, yakni Esa sifat Allah Ta’ala... *
---
awam 1/12/2007 - 3:08:23
Adapun Wahdaniah pada Af’al itu menafikan dua perkara: 1-Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan berhubung atau minta tolong memperbuat suatu perbuatan seperti dikatakan Allah Ta’ala jadikan kuat pada nasi mengenyangkan dan kuat pada air menghilangkan dahaga dan kuat pada api membakar dan kuat pada tajam memutuskan, yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu perbuatan Allah Ta’ala. 2-Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak perbuatan yang memberi bekas seperti dikatakan ada perbuatan yang lain memberi bekas seperti perbuatan Allah Ta’ala, yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu, maka Kammuttasil dan Kammumfasil inilah yang hendak kita nafikan. Apabila sudah kita nafikan yang dua ini maka baharulah kita dikatakan Ahadiyyatull Af’alu, yakni Esa perbuatan Allah Ta’ala. *
---
awam 1/12/2007 - 3:21:23
Bahagian yang ketiga sifat Ma’ani. Adapun hakikat sifat Ma’ani itu: wahiya kullu sifatu mawujuudatun qo’imatun bimawujuudatun aujabatlahu hukman, artinya tiap-tiap sifat yang berdiri pada Zat Allah Ta’ala maka mewajibkan suatu hukum yaitu Ma’nawiyah. Sifat ini merupakan sifat yang didapat daripada menyaksikan bekas sifat Allah Ta'ala pada diri. Dan membandingkan dengan kenyataan ('Ain) antara yang ada pada diri yang mustahil tidak ada pada Allah Ta'ala dengan Sifat Allah Ta'ala yang diluruskan (DISUCIKAN) dengan sifat Salbiyah pada Ketuhanan, yakni yang menafikan sesuatu yang tidak patut dan tidak layak berdiri pada SifatNya. *
---


* -> ->l


--------------------------------------------------------------------------------

This topic is locked.
Tauhid Forum



--------------------------------------------------------------------------------

Tauhid (8)



Download Roulette Free-USD360 Credit!
Top (5)
Groups (9)
Prodigits (0)


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger